17/05/14

Review Kmovie : A Barefoot Dream (2010)


Pelatih Kim Sin-Hwan asal Korea Selatan yang dijuluki, "Hidink"nya Timor Timur berhasil membawa tim junior sepak bola Timor Timur ke dunia Internasional untuk pertama kalinya. Siapa yang menyangka bahwa negara yang baru melepaskan diri dari Indonesia tahun 1998 ini mampu mengepakan sayapnya. Yaa.. film "A Barefoot Dream" dibuat berdasarkan kisah nyata seorang Sin-Hwan membangkitkan semangat anak-anak Timor Timur (Timor Leste) untuk tetap memiliki impian sebagai pesepak bola profesional. Jalan yang ditempuh Sin-Hwan tidak mudah karena pada saat itu, dia tidak punyu cukup modal untuk melatih, bahkan niat awal ke Timor Timur bukan untuk melatih melainkan berbisnis. Ditambah lagi kondisi Timor Timur saat itu belum stabil. Masih terjadi banyak peperangan antara aparat dan warga, bahkan sesama warga Timor Timur pun masih memiliki banyak gejolak paska lepasnya Timor Timur dari Indonesia.

Sin-Hwan pun memiliki keterbatasan bahasa. Dan Sin Hwan pun berusaha belajar bahasa Indonesia agar bisa berkomunikasi dengan orang Timor Timur. Dibandingkan bahasa Inggris, warga Timor-Timur lebih sering menggunakan bahasa Portugis atau bahasa Indonesia. Daerah Timor-Timur ini memang bekas jajahan Portugis, jadi tidak heran kalau nama-nama mereka juga logat bicaranya ada unsur Portugisnya. Tapi yang saya salutin mereka tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu mereka.


Sebelum menonton film ini, saya sama sekali tidak tahu bagaimana kondisi negara Timor Timur. Apakah seperti Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi? Awalnya saya pikir Timor Timur itu merupakan negara yang kaya. Karena beberapa orang Timor Timur yang saya tahu adalah seorang pengusaha kaya (Rahul Lemos "Suami Krisdayanti") tapi ternyata keadannya jauh dari bayangannya saya. Memang ada beberapa orang kaya di Timor Timur tapi tidak sedikit juga yang masih terlihat memperihatinkan.

 

 
Saat Sin Hwan membuka usaha perlengkapan olahraga di Timor Timur, dia pikir bisnisnya akan berjalan lancar karena di daerah itu belum ada toko yang menjual perlengkapan olahraga. Apalagi di depan tokonya adalah sebuah lapangan yang hampir setiap hari anak-anak bermain bola. Tapi nyatanya, dia tidak memiliki pembeli hingga 3 bulan lamanya. Meskipun banyak anak-anak yang menginginkan perlengkapan sepak bola untuk menunjang permainan mereka, meraka tidak mampu membelinya.



Sin Hwan menyadari kalau Timor Timur bukanlah tempat untuk berbisnis. Sebagai nalurinya sebagai pesepak bola di masa lampau, dia ingin membantu anak-anak Timor Timur mewujudkan impiannya menjadi pesebak bola. Sin Hwan melihat kalau anak-anak Timor Timur memiliki ketulusan saat bermain bola. Banyak senyum yang mengembang saat anak-anak itu bermain bola, walaupun sebenarnya saat mereka selesai bermain bola segala masalah muncul di usia mereka yang masih kanak-kanak. Perekonomian, kemiskinan, dan perkelahian tidak bisa mereka hindari.


Sin Hwan akhirnya membentuk sebuah tim yang beranggotakan anak-anak Timor Timur dan melatihnya secara cuma-cuma. Dia membantu mewujudkan impian mereka. Setengah nekat, Sin Hwan menjanjikan kepada anak-anak bahwa mereka akan bertarung melawan Hiroshima junior FC, padahal pada saat itu Sin Hwan sama sekali tidak punya uang. Selain itu, di dalam intern tim pun ada masalah pribadi antara Ramos dan Motavio (dua pilar Tim). Masalah tersebut sudah terjadi turun temurun di keluarga mereka sehingga sulit untuk di satukan. Setiap Ramos dan Motavio di satukan dalam pertandingan, pasti selalu ada perkelahian yang akhirnya membuat Tim kalah.


Mungkin di Indonesia juga sudah ada film mengenai mengejar impian sebagai pemain sepak bola profesional, tapi entah kenapa saya pikir film ini lebih banyak membuka mata seseorang akan pentingnya percaya akan sebuah mimpi. Mungkin hal ini juga didukung dari pemain-pemainnya yang mampu memerankan dengan baik. Saya sangat salut dengan anak-anak Timor Timur. Padahal mereka bukanlah seorang aktor, tapi entah kenapa saya tidak melihat kecanggungan di ekspresi wajah mereka. Mereka tampak sangat natural.

 

      Banyak pesan moral yang terdapat di film ini. Kita akan dibuat menangis, tertawa, khawatir dan marah. Dari film ini juga kita sebagai orang Indonesia bisa mengenal saudara kita yang tidak sempat kita kenal. Mungkin saya bisa bilang kalau Indonesia sebaiknya menyesal karena sudah melepas Timor Timur. Ada keindahan yang tersenyembunya di balik awan gelap yang selama ini hadir. [sds]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...